Langsung ke konten utama

Provider yang Anti Ribet

Ceritanya, saya sering sekali mendapatkan sms spam. Sampai akhirnya awal Juni lalu, saya memutuskan untuk mengganti sim card. Saya memang memiliki dua sim card, satu nomor pascabayar yang sudah saya pakai sejak 15 tahun yang lalu, sedangkan satu nomor lagi prabayar yang memang saya sering gonta-ganti. Dari berbagai macam provider yang ada sudah pernah saya coba. Namun, karena memang bukan nomor utama jadi saya lebih suka menggonta-gantinya dengan tujuan mencari paket internet yang murah meriah dengan signal bagus. Ditambah pula dengan seringnya mendapatkan sms spam ini, membuat saya kemudian mencari-cari kembali provider baru yang tepat. Teman sekantor saya sempat menawari satu provider yang asing bagi saya. Awalnya karena ragu dengan provider ini, saya mulai mencari-cari info tentang provider baru tersebut. Melalui  salah satu situs internet terkenal , saya mendapatkan review bagus tentang provider baru tersebut. Jadi akhirnya saya memutuskan untuk membeli sim card dari provider ter

Mumbay dan Jakarta Tidaklah Berbeda

Ditulis sebagi tugas Arsitektur Kampung Kota semester 5 tahun 2009.

artikel yang dibahas dari sini
Kota Mumbai atau yang sering disebut dengan Bombay merupakan ibu kota Negara bagian India, Maharasta. Dengan populasi sebesar 12 juta jiwa (2005) dan merupakan kota dengan penduduk terbanyak di India, kota ini tumbuh menjadi sebuah area metropolitan terbesar ke empat di dunia (Wikipedia). Dalam Wikipedia disebutkan pula bahwa Mumbai merupakan pusat perdagangan dan hiburan di India, dan menjadi lokasi berbagai badan-badan keuangan penting. Kota ini menarik minat para imigran karena disana terdapat peluang bisnis yang besar dan taraf hidup yang tinggi. Bollywood, pusat perfilman India, juga terletak di kota ini.
Sindrom pareto (perkuliah oleh Setyo Dharmodjo, 27 November 2009) demikianlah disebut apabila terjadi gejala dimana orang miskin yang banyak sekali menggunakan fasilitas umum sedikit sekali. Sedangkan orang kaya yang sedikit sekali menggunakan fasilitas umum yang banyak sekali.
Mumbai layaknya Jakartanya Indonesia, sebuah kota metropolitan, kota dengan kesibukan yang padat, akitivitas yang tinggi, gedung-gedung perkantoran, lalu lintas yang padat. Namun, dibawah, di lorong-lorong jembatan masih juga terdapat orang yang hanya tidur beralaskan kardus. Orang yang setiap hari menghirup asap-asap kendaraan untuk mencari sesuap nasi.



Di Mumbai ini jugalah terjadi sindrom pareto. Sindrom Pareto ini dapat terjadi apabila setiap orang tidak dapat menikmati kesempatan yang sama dalam merasakan buah pembangunan. Tapi jika semua orang itu kaya semua, lalu apakah ada orang yang mau membersihkan jalan??? Pagi-pagi sekali sudah bangun, di tengah sebagian dari kita masih tertidur pulas, dengan mengayuh sepedanya. Berbekal sapu lidi dan keranjang sampah, berbaju dinas kebersihan, sudi kiranya untuk membersihkan kaleng-kaleng minuman, sisa kita berpesat pora semalaman, menyibak dinginnya pagi hari dengan membersihkan jalan dari guguran daun-daun yang sekehendak hati berjatuhan. Ini dilakukannya karena dia butuh, membutuhkan sebuah pekerjaan dimana dari sana dia dapat mencukupi kebutuhan keluarga.
Nah, kalau kita semua orang-orang berduit. Sudihkah kiranya dengan senang hati, bangun pagi-pagi demi membersihkan jalanan yang setiap hari kita lewati??? kebanyakan orang akan memilih tidak. Tentunya dengan berbagai alasan.

Sindrom inilah yang membuat si miskin dan si kaya memiliki kebutuhan yang berbeda. Si miskin cukuplah dengan membuang air besar di pinggir sungai, tapi si kaya yang merasa sudah lebih, akan membangun kebutuhan yang membuatnya merasa nyaman, yaitu toilet. Di dalam ilmu ekonomi masalah kebutuhan ini juga disinggung-singgung, kebutuhan itu mendasari orang membuat sebuah keputusan. Demikianlah yang dilakukan si kaya dan si miskin.

Gambar
Apakah benar fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara.
Sumber: Sukindra, tanpa tahun

Dalam tangkapan lensa Agung Sukindra yang dipamerkan di Bentara Budaya Yogyakarta bertajuk Look @ Me (23-30 November 2009), terpampang jelas wajah-wajah mereka yang menanggung beratnya hidup di tengah himpitan banyak kepentingan. Mahatma Gandhi pernah berkata “ Bumi ini cukup untuk semua orang di Bumi ini, namun tidak cukup untuk orang serakah”. Banyaknya kepentingan, yang akhirnya menutup mata akan keadaan ini. Bukankah fakir miskin dan anak-anak terlantar yang seharusnya dipelihara oleh negara seperti yang tertuang dalam UUD pasal 34 ayat 1 akhirnya seperti tidak lagi punya martabat, terlantar dipinggir jalan, tidur diemperan toko, makan dari mengorek-orek sisa sampah, mandipun mereka sudah jarang lakukan. Bagi mereka sudahlah cukup langsung saja ke pinggiran kali untuk mandi, cuci baju ataupun buang air besar. Apakah sudah Negara melakukannya? Atau mereka menutup mata, telinga dan hatinya agar dapat mengeruk lebih banyak uang rakyat untuk kepentingan mereka sendiri? Sindhunata (2009) dalam sebuah tulisan berjudul Menatap Wajah Kita, “Kerakusan adalah sifat hidup manusia. Hanya, lain dengan orang gila, kita masih mampu menutup-nutupinya.”

Sangat miris rasanya mendengar ini. Di zaman sekarang yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin rasanya. Padahal banyak sekali masalah yang timbul akibat dari buang air besar, salah satunya adalah masalah kesehatan, banyak sekali virus yang terdapat dalam tinja manusia. Situs Resmi Depkes menyebutkan bahwa Amoebasis suatu penyakit yang disebabkan makanan yang dimakan atau diminum terkontaminasi oleh tinja. Menurut situs tersebut, “Buruknya fasilitas sanitasi dan fasilitas pengolahan makanan memudahkan timbulnya KLB (Kejadian Luar Biasa) amoebiasis, terutama pada kelompok masyarakat yang sebagian besar adalah pembawa kista.” Selain itupula, kematian juga dapat disebabkan sanitasi yang kurang baik.

Dalam sebuah kitab kehidupan tertulis ”....sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan, ketika Aku haus kamu memberi Aku minum...” sudahkah kita memberikan sedikit dari apa yang kita miliki?
Sudahkah kiranya kita menolong mereka? Mungkin tidak banyak yang dapat Saudara lakukan, namun uluran tangan tetaplah yang mereka perlukan. Tidak perlu jauh-jauh sampai ke Mumbay, di sini, di kota tempat Anda berdiam, masih banyak orang-orang yang membutuhkan uluran tangan. Membantu mereka keluar dari buruknya fasilitas umum, dan dari kemiskinan yang terus membelenggu.
Adapun apa dan bagaimananya, itu kembali kepada diri kita sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Provider yang Anti Ribet

Ceritanya, saya sering sekali mendapatkan sms spam. Sampai akhirnya awal Juni lalu, saya memutuskan untuk mengganti sim card. Saya memang memiliki dua sim card, satu nomor pascabayar yang sudah saya pakai sejak 15 tahun yang lalu, sedangkan satu nomor lagi prabayar yang memang saya sering gonta-ganti. Dari berbagai macam provider yang ada sudah pernah saya coba. Namun, karena memang bukan nomor utama jadi saya lebih suka menggonta-gantinya dengan tujuan mencari paket internet yang murah meriah dengan signal bagus. Ditambah pula dengan seringnya mendapatkan sms spam ini, membuat saya kemudian mencari-cari kembali provider baru yang tepat. Teman sekantor saya sempat menawari satu provider yang asing bagi saya. Awalnya karena ragu dengan provider ini, saya mulai mencari-cari info tentang provider baru tersebut. Melalui  salah satu situs internet terkenal , saya mendapatkan review bagus tentang provider baru tersebut. Jadi akhirnya saya memutuskan untuk membeli sim card dari provider ter

Budgeting Keperluan Bahan Makanan dengan Yummy App

Sebagai anak kos yang memiliki budget pas-pasan, memasak sendiri menjadi pilihan utama untuk menghindari pengeluaran yang berlebih. Apalagi di tengah pandemi sekarang ini. Memasak sendiri dirasa jauh lebih sehat, bersih dan aman daripada mengkonsumsi makanan dari luar. Namun, terkadang sering kali kita kehabisan ide untuk memasak yang sesuai dengan budget kita. Beruntungnya, sekarang ada yang aplikasi yang menyediakan resep makanan yang sangat lengkap. Nama aplikasinya adalah Y ummy App .